“Capek banget, tapi enggak tahu capek karena apa.” Ini adalah perasaan yang mungkin akrab bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang terperangkap dalam fenomena yang dikenal sebagai Generasi Sandwich.
Istilah ini merujuk pada individu yang berada di posisi unik, terjepit di antara dua beban tanggung jawab: merawat orang tua yang menua dan di saat yang bersamaan membesarkan anak-anak yang masih membutuhkan dukungan penuh.
Di Indonesia, situasi ini semakin nyata dan terasa berat, terutama di kalangan usia produktif, yaitu sekitar 30 hingga 50 tahun.
Beban Ganda yang Kian Berat
Bayangkan sebuah roti lapis. Anda adalah isian di tengah, terjepit di antara dua “roti” yang membutuhkan perhatian. Di satu sisi, ada tuntutan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, pendidikan, dan emosional anak-anak. Ini berarti memastikan mereka mendapatkan pendidikan terbaik, nutrisi yang cukup, dan dukungan mental agar tumbuh kembang mereka optimal.
Di sisi lain, orang tua yang telah lanjut usia mulai membutuhkan perhatian lebih, perawatan medis, dan sering kali dukungan finansial karena pendapatan mereka yang menurun atau kondisi kesehatan yang memburuk.
Dalam masyarakat Indonesia yang masih sangat menjunjung tinggi nilai kekeluargaan dan bakti kepada orang tua, tekanan ini sering kali dianggap sebagai sesuatu yang “wajar” atau bahkan merupakan “kewajiban”. Namun, yang sering terabaikan adalah kenyataan bahwa tidak ada sistem pendukung yang cukup memadai untuk meringankan beban ini.
Subsidi perawatan lansia masih minim, tidak semua keluarga memiliki akses ke fasilitas penitipan anak yang layak, atau bahkan sekadar bantuan profesional untuk perawatan sehari-hari. Akibatnya, semua tanggung jawab yang besar itu sering kali jatuh sepenuhnya ke pundak individu dari generasi tengah.
Dampak Tekanan yang Tak Hanya Finansial
Tekanan yang dihadapi generasi sandwich tidak hanya terbatas pada aspek finansial. Lebih dari itu, dampaknya merembet ke kesehatan mental dan emosional. Banyak individu dalam posisi ini yang merasa bersalah jika mereka gagal memenuhi ekspektasi dari kedua belah pihak. Rasa bersalah ini bisa muncul ketika mereka merasa tidak bisa memberikan yang terbaik untuk anak, atau sebaliknya, tidak bisa merawat orang tua sebagaimana mestinya.
Akumulasi stres dari tanggung jawab ganda ini dapat memicu berbagai masalah kesehatan mental serius. Stres kronis, burnout, bahkan depresi menjadi ancaman nyata yang bisa mengikis kualitas hidup mereka.
Mereka mungkin merasa terjebak, lelah secara emosional, dan kehilangan waktu untuk diri sendiri, yang pada akhirnya bisa berdampak negatif pada hubungan personal dan profesional mereka.
Solusi Sistemik dan Kesadaran Individu
Menghadapi fenomena generasi sandwich ini, ada dua pendekatan solusi yang harus berjalan beriringan: sistemik dan individu.
Secara sistemik, peran pemerintah dan lembaga sosial sangat krusial. Jaminan sosial yang lebih kuat, dukungan kebijakan keluarga yang komprehensif (misalnya cuti orang tua bergaji, subsidi penitipan anak, atau layanan perawatan lansia yang terjangkau dan berkualitas) adalah fondasi penting untuk mengurangi beban ini. Investasi dalam infrastruktur sosial yang mendukung keluarga akan meringankan tekanan yang selama ini ditanggung individu.
Namun, di tingkat individu, penting juga bagi generasi sandwich untuk belajar strategi bertahan hidup. Ini meliputi:
- Berbagi beban: Membangun komunikasi terbuka dengan pasangan, saudara kandung, atau anggota keluarga lain untuk mendistribusikan tanggung jawab. Tidak semua harus dipikul sendiri.
- Membangun komunikasi terbuka: Saling memahami kebutuhan dan keterbatasan antar anggota keluarga sangat penting. Jangan sungkan untuk mengungkapkan perasaan dan meminta bantuan.
- Menyadari batas kemampuan diri: Belajar mengatakan “tidak” ketika sudah melebihi kapasitas adalah langkah penting untuk mencegah burnout. Menerima bahwa Anda tidak bisa sempurna dalam segala hal adalah bagian dari proses.
- Meluangkan waktu untuk diri sendiri: Meskipun sulit, alokasikan waktu untuk melakukan kegiatan yang disukai atau sekadar beristirahat. Kesehatan mental yang terjaga akan memungkinkan Anda untuk lebih efektif merawat orang lain.
Generasi sandwich tidak harus hancur di tengah tekanan. Dengan dukungan yang tepat, baik dari sistem maupun dari dalam keluarga, serta kesadaran akan pentingnya menjaga diri sendiri, mereka bisa tetap utuh, kuat, dan menemukan cara untuk menjalani hidup yang bermakna di tengah tuntutan dua arah.