Zubair bin Awwam adalah salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga (Al-‘Asyrah Al-Mubasysyirin bil Jannah). Ia dikenal sebagai pejuang tangguh, setia membela Nabi Muhammad SAW sejak masa awal Islam.
Namanya selalu dikaitkan dengan keberanian, kesetiaan, dan kemuliaan nasab karena ia memiliki hubungan dekat dengan Rasulullah SAW.
Nasab dan Keislaman
Zubair lahir di Makkah dari suku Quraisy. Ia adalah anak dari Awwam bin Khuwaylid dan Shafiyyah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah SAW. Dengan demikian, Zubair adalah sepupu Nabi Muhammad SAW dari jalur ibu.
Ia masuk Islam saat masih muda, sekitar usia 15 tahun. Sejak awal, ia menunjukkan keteguhan luar biasa dalam mempertahankan imannya. Meskipun disiksa oleh keluarganya, ia tetap teguh dalam Islam. Salah satu pamannya bahkan pernah menggantungnya di api untuk memaksanya meninggalkan Islam, tapi Zubair menolak.
Sahabat yang Berani dan Setia
Zubair ikut serta dalam hampir semua peperangan besar bersama Rasulullah SAW, termasuk Perang Badar, Uhud, Khandaq, Khaybar, Tabuk, dan lain-lain. Ia dikenal sebagai seorang pendekar yang gagah dan cerdas dalam strategi tempur.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Sesungguhnya setiap nabi mempunyai hawari (penolong setia), dan hawariku adalah Zubair bin Awwam.”
— (HR. Bukhari no. 3700 dan Muslim no. 2415)
Di medan perang, ia adalah pasukan elite. Dalam Perang Badar, ia mengenakan sorban kuning yang dikenal sebagai simbol keberaniannya. Dalam Perang Uhud, ia juga tampil heroik menjaga posisi Rasulullah SAW.
Hidup Sederhana dan Amanah
Zubair memiliki harta yang banyak namun tetap hidup dalam kesederhanaan. Ia sangat amanah dalam mengelola harta dan warisannya. Sebelum wafat, ia mewasiatkan kepada putranya, Abdullah bin Zubair, agar melunasi seluruh utangnya meskipun hartanya banyak tersebar dalam bentuk tanah dan properti.
Abdullah berkata:
“Ayahku meninggalkan utang sebesar 2.200.000 dirham, dan dengan pertolongan Allah, aku mampu melunasinya tanpa menjual satu pun harta warisan pokok.”
— (HR. Al-Bukhari, no. 3129)
Akhir Hayat dalam Fitnah
Pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, Zubair sempat terlibat dalam Perang Jamal. Namun ketika ia sadar bahwa pertempuran ini adalah hasil dari fitnah dan kesalahpahaman, ia segera menarik diri dan tidak ingin menumpahkan darah sesama Muslim.
Sayangnya, dalam perjalanan kembali, ia dibunuh oleh Ibnu Jurmuz, seorang provokator. Ketika berita wafatnya Zubair sampai kepada Ali bin Abi Thalib, Ali sangat bersedih dan berkata:
“Beritahukan pembunuh Zubair bahwa ia akan masuk neraka.”
— (HR. Ahmad dalam Musnad, no. 658)
Zubair wafat pada tahun 36 H / 656 M, dan dimakamkan di dekat Basrah, Irak. Zubair bin Awwam adalah teladan bagi umat Islam dalam hal keberanian, kesetiaan, dan kesederhanaan. Ia mengorbankan masa mudanya, hartanya, dan akhirnya nyawanya untuk membela kebenaran. Rasulullah SAW menjanjikannya surga karena seluruh hidupnya diabdikan demi Islam.
Daftar Sumber dan Referensi:
- Al-Qur’an dan Hadits:
- Shahih al-Bukhari, no. 3700, 3129
- Shahih Muslim, no. 2415
- Sunan At-Tirmidzi, no. 3747
- Musnad Ahmad, no. 658
- Kitab dan Literatur Islam:
- Ibnu Hajar al-Asqalani, Al-Isabah fi Tamyiz al-Sahabah
- Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa an-Nihayah
- Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, Ar-Raheeq al-Makhtum (Sirah Nabawiyah)
- Dr. Musthafa As-Siba’i, Min Rijalil Islam
- Ensiklopedi Sahabat Nabi – Ensiklopedi Islam Populer, Pustaka Al-Kautsar
















