Pernah gak sih ngerasa orang tua atau generasi di atas kita cuma mikir Gen Z itu rebahan, main HP, dan scrolling TikTok doang? Padahal, aslinya kita lagi ngelakuin banyak hal seru di balik layar. Kita tuh literally adalah generasi yang bisa hidup di dua dunia: digital dan offline. Kita gak cuma binge-watching series di Netflix, tapi juga bikin vlog sendiri. Gak cuma gaming, tapi juga bangun komunitas dan persahabatan baru.
Nah, biar gak ada lagi miskom, yuk kita spill the tea bareng-bareng. Ini dia 5 kegiatan yang paling sering kita lakuin, yang bikin hidup kita nggak krik dan pastinya relatable banget.
1. Bikin Konten itu Hobi, Bukan Cuma Buat Viral
Ini nih yang paling sering disalahpahami. Kita gak cuma binge-watching konten, tapi juga bikin konten sendiri. Mulai dari daily vlog yang cuma 15 detik di Reels, tutorial skincare yang effortless, sampai unboxing paket yang ditunggu-tunggu. Di balik layar, kita serius mikirin konsep, angle pengambilan gambar, sampai musik yang pas. Tujuannya? Gak cuma mau viral, tapi buat personal branding kita sendiri. Kita pengen vibe kita itu nyampe ke orang lain dan nemuin “circle” yang sefrekuensi.
Lewat konten, kita bisa jadi storyteller yang berbagi pengalaman, jadi reviewer yang ngasih rekomendasi jujur, atau bahkan jadi influencer di skala mikro. Yang paling asik, kadang dari sini juga kita bisa cari cuan lewat endorsement kecil-kecilan. Literally, hobi yang dibayar! Kita juga jago banget pakai aplikasi editing kayak CapCut atau Lightroom, bikin konten jadi lebih estetik. Intinya, membuat konten adalah cara kita menunjukkan siapa diri kita, bukan cuma pamer.
2. Gaming & Discord, Tempat Nongkrong Paling Asik
Buat kita, main game itu bukan sekadar hiburan. Ini adalah platform sosial yang paling efektif. Game-game kompetitif kayak Mobile Legends, Valorant, atau Genshin Impact jadi ajang buat menguji kemampuan dan pastinya mabar (main bareng) sama teman-teman. Tapi, game gak melulu tentang kompetisi. Game santai kayak Stardew Valley atau Animal Crossing juga populer banget sebagai cara untuk healing dan membangun komunitas yang lebih tenang.
Jantung dari semua itu adalah Discord. Discord bukan cuma tempat buat voice chat saat bermain game, tapi juga tempat kita “nongkrong” virtual. Di sana, kita bisa berbagi meme, ngobrolin film, dengerin musik bareng, atau bahkan belajar bareng. Ikatan yang terbentuk di dunia virtual ini sering kali sama kuatnya dengan persahabatan di dunia nyata. Bahkan, banyak dari kita yang rela menghabiskan waktu berjam-jam cuma untuk nge-chill di server Discord bareng teman-teman.
3. Cari ‘Hidden Gem’ Biar Vibes-nya Beda
Di tengah semua aktivitas digital, kita juga punya dorongan kuat untuk mencari pengalaman autentik di dunia nyata. Kita menolak konsumerisme massal dan lebih suka berburu “hidden gem”—tempat nongkrong, kafe, atau toko yang gak mainstream. Ini adalah cara kita untuk merasa unik dan punya pengalaman yang beda dari orang lain.
Selain itu, kita kembali ke hobi-hobi yang terkesan analog dan otentik. Thrift shopping menjadi tren besar karena selain ramah lingkungan, juga memungkinkan kita menemukan pakaian yang unik dengan harga terjangkau. Hobi lain seperti fotografi analog dengan kamera film, mengoleksi piringan hitam (vinyl), atau bahkan merakit model kit kembali populer. Aktivitas-aktivitas ini adalah pelarian dari dunia digital yang serba cepat dan memberikan kita rasa kepuasan dari hasil tangan sendiri. Kita pengen punya cerita dan barang yang gak bisa dibeli di mana-mana.
4. Dari Hobi Jadi Cuan, Kenapa Nggak?
Kita tahu kalau zaman sekarang, satu sumber penghasilan aja gak cukup. Makanya, kita kreatif banget buat punya side hustle atau pekerjaan sampingan. Dari hobi aja bisa jadi cuan, lho! Ini adalah bukti bahwa kita gak cuma rebahan, tapi juga pintar memanfaatkan peluang.
Ada yang jago gambar digital, jadi freelancer ilustrasi untuk brand-brand kecil. Ada yang hobi masak atau bikin kue, jadi jualan online di Instagram. Atau yang suka belanja, buka jasa titip (jastip) untuk barang-barang unik. Bahkan, ada yang memanfaatkan skill digital mereka buat jadi virtual assistant, penulis lepas, atau social media manager. Pola pikir ini menunjukkan bahwa Gen Z adalah generasi yang proaktif dan tangguh. Kita gak mau pasif menunggu pekerjaan, tapi berani menciptakan peluang kita sendiri di tengah tantangan ekonomi.
5. Ngobrolin Isu Penting Biar Gak Diem Aja
Ini mungkin yang paling beda dari kita. Kita gak bisa diem aja kalau lihat ada yang gak beres di sekitar kita. Media sosial bukan cuma tempat upload foto, tapi juga platform buat speak up. Kita peduli sama isu-isu penting, seperti perubahan iklim, kesetaraan gender, keadilan sosial, dan kesehatan mental.
Kita menggunakan media sosial untuk mendidik diri sendiri dan orang lain. Lewat story, tweet, atau video, kita bisa menyuarakan pendapat dan mengajak orang lain buat peduli. Kita tahu, suara kita mungkin kecil, tapi kalau digabungin, dampaknya bisa bikin perubahan besar. Kita juga cerdas dalam menggunakan meme atau humor untuk menyampaikan pesan serius, membuat isu-isu penting jadi lebih mudah diakses. Bagi kita, aktivisme adalah sebuah tindakan harian yang dilakukan dengan menyebarkan informasi dan berani bersuara.
Nah, itu dia spill-an lengkap tentang apa aja yang kita lakuin. Gimana, relate gak?
















