“Simbol Islam bukanlah Simbol Teror” – Beberapa waktu lalu, publik dikejutkan oleh penangkapan seorang terduga teroris di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Dalam proses penangkapan tersebut, beredar luas di media gambar-gambar yang memperlihatkan atribut keislaman yang dikenakan oleh terduga, seperti gamis, celana cingkrang, hingga bendera bertuliskan kalimat tauhid. Hal ini pun memicu beragam reaksi dari masyarakat, tak terkecuali kekhawatiran atas semakin menguatnya stigma negatif terhadap simbol-simbol Islam.
Pertanyaannya kemudian: apakah wajar bila simbol keagamaan dikaitkan secara langsung dengan tindakan terorisme?
Simbol Islam Adalah Ekspresi Keimanan
Umat Islam sejak lama mengekspresikan keimanannya melalui cara berpakaian, ucapan, hingga simbol-simbol tertentu. Mengenakan jenggot, gamis, atau mengibarkan bendera bertuliskan kalimat tauhid bukanlah hal baru, melainkan bagian dari manifestasi spiritual yang memiliki dasar keagamaan.
Sayangnya, ketika simbol-simbol ini terlihat dalam kasus penangkapan terduga teroris, publik sering kali terjebak dalam asumsi bahwa penampilan demikian identik dengan paham radikal atau bahkan kekerasan.
Ini adalah narasi yang berbahaya. Sebab jika tidak diluruskan, ia akan melahirkan prasangka kolektif terhadap umat Islam yang berpegang teguh pada ajaran agamanya. Islam tidak mengajarkan umatnya untuk menilai orang lain hanya dari penampilan. Bahkan Rasulullah SAW pun menekankan pentingnya husnuzan (berbaik sangka) dan keadilan dalam menilai seseorang.
Sungguh sangat disayangkan bila dalam setiap penangkapan terduga teroris simbol islam selalu di jadikan barang bukti, seolah – olah bagian dari tindakan teroris tersebut.
Terorisme adalah Penyimpangan, Bukan Ajaran Islam
Terorisme sejatinya merupakan tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar Islam. Al-Qur’an secara tegas melarang pembunuhan terhadap jiwa yang tidak bersalah. Dalam Surah Al-Maidah ayat 32, Allah berfirman:
“…Barangsiapa membunuh satu jiwa, bukan karena (dia membunuh) orang lain atau membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh seluruh manusia.”
Ini adalah prinsip moral yang sangat kuat. Islam tidak pernah melegalkan pembunuhan massal, intimidasi, atau tindakan kekerasan atas nama agama. Justru, ajaran Islam sangat menjunjung tinggi keadilan, kasih sayang, dan perdamaian.
Islam adalah agama yang rahmatal lil alamin, tidak ada dalam satu ajaran islam pun untuk melakukan tindakan menghilang nyawa seseorang tanpa sebab, justru yang seharusnya menjadi perhatian adalah bagaimana tindakan – tindakan keji yang di lakukan Zionis kepada rakyat palestina.
Negara Harus Tegas, Tapi Tidak Boleh Salah Sasaran
Dalam menghadapi ancaman nyata dari terorisme, tentu negara perlu bersikap tegas. Namun, ketegasan ini harus dibarengi dengan prinsip kehati-hatian dan keadilan.
Penangkapan harus dilakukan berdasarkan bukti yang valid, bukan karena seseorang memakai celana di atas mata kaki atau menyimpan bendera tauhid di rumahnya. Jika tindakan aparat terlalu gegabah dan cenderung represif terhadap simbol keislaman, dikhawatirkan akan memperkuat ketidakpercayaan publik dan memperluas jurang antara negara dan komunitas Muslim yang taat.
Profiling semacam ini justru kontraproduktif. Ia membuka ruang suburnya diskriminasi, serta menghambat kerja sama antara umat Islam dan negara dalam menangkal radikalisme yang sesungguhnya.
Peran Umat dan Media: Jangan Terjebak Generalisasi
Umat Islam juga perlu berintrospeksi. Kita tidak boleh membiarkan paham-paham kekerasan merasuki masjid, majelis, atau komunitas. Dakwah harus terus diarahkan kepada ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin — membawa rahmat bagi seluruh alam.
Media pun memegang peranan penting. Sudah sepatutnya pemberitaan dilakukan secara proporsional dan berimbang. Jangan karena ingin mengejar sensasi, media justru menebarkan ketakutan dan kebencian terhadap simbol-simbol Islam yang sebenarnya suci. Kalimat tauhid bukan milik kelompok teroris, tapi milik seluruh umat Islam di dunia.
Jaga Martabat Simbol Islam
Simbol Islam adalah bagian dari identitas keagamaan yang harus dihormati, bukan dicurigai. Terorisme adalah musuh bersama, bukan hanya musuh negara, tapi juga musuh umat Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian dan keadilan.
Dalam menyikapi penangkapan terduga teroris di Gowa, kita semua — pemerintah, media, dan masyarakat — perlu bersikap bijak. Jangan sampai tindakan hukum yang seharusnya mendatangkan rasa aman, justru menciptakan stigma dan ketidakadilan baru bagi umat yang tidak bersalah.***

















