Palestina merupakan wilayah yang memiliki sejarah panjang dan kompleks, melibatkan banyak kekuatan politik, agama, dan budaya dari berbagai penjuru dunia.
Terletak di kawasan Timur Tengah, Palestina mencakup wilayah yang saat ini dikenal sebagai Tepi Barat, Jalur Gaza, dan sebagian wilayah yang kini menjadi negara Israel. Wilayah ini sejak ribuan tahun lalu telah menjadi pusat peradaban dan pertarungan geopolitik.
Zaman Kuno: Tanah Para Nabi
Sejarah Palestina dapat ditelusuri hingga ribuan tahun sebelum Masehi. Kawasan ini dikenal sebagai bagian dari wilayah kuno yang disebut Kanaan. Berbagai bangsa dan kerajaan pernah menguasai wilayah ini, termasuk bangsa Kanaan, Filistin, dan kemudian Bani Israel yang dikisahkan dalam kitab-kitab suci. Dalam sejarah agama Abrahamik (Yahudi, Kristen, dan Islam), Palestina merupakan tanah suci, tempat berdirinya kota Yerusalem yang memiliki makna spiritual mendalam bagi ketiganya.
Pada abad ke-10 SM, Daud dan putranya Sulaiman mendirikan Kerajaan Israel dan membangun Bait Suci pertama di Yerusalem. Namun, seiring waktu, wilayah ini jatuh ke tangan kekuatan asing seperti Babilonia, Persia, Yunani, dan akhirnya Romawi. Pada tahun 70 M, Romawi menghancurkan Bait Suci kedua dan banyak orang Yahudi diusir, sebuah peristiwa yang kemudian disebut sebagai diaspora Yahudi.
Masa Islam dan Kekhalifahan
Palestina memasuki babak baru pada abad ke-7 M, saat pasukan Islam di bawah kekhalifahan Umar bin Khattab berhasil membebaskan wilayah tersebut dari kekuasaan Bizantium. Sejak itu, Palestina menjadi bagian penting dari dunia Islam, dan Yerusalem dikenal sebagai kota suci ketiga setelah Makkah dan Madinah karena keberadaan Masjid Al-Aqsa.
Kekuasaan atas Palestina berpindah tangan dari Umayyah ke Abbasiyah, kemudian ke Dinasti Fatimiyah dan akhirnya ke Kesultanan Utsmaniyah (Ottoman) pada abad ke-16. Di bawah Utsmaniyah, wilayah Palestina relatif stabil dan damai selama berabad-abad.
Mandat Inggris dan Deklarasi Balfour
Kekuasaan Ottoman atas Palestina berakhir pada akhir Perang Dunia I, saat Inggris mengambil alih wilayah ini melalui sistem Mandat. Pada tahun 1917, Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour, yang menyatakan dukungan terhadap pendirian “tanah air nasional bagi bangsa Yahudi” di Palestina. Deklarasi ini menjadi cikal bakal ketegangan antara komunitas Arab Palestina dan imigran Yahudi yang terus bertambah.
Pembentukan Israel dan Awal Konflik
Setelah Perang Dunia II dan tragedi Holocaust, tekanan internasional meningkat untuk membentuk negara Yahudi. Pada 1947, PBB mengusulkan pembagian Palestina menjadi dua negara — satu untuk Yahudi dan satu untuk Arab Palestina. Kaum Zionis menerima rencana ini, namun pihak Arab menolaknya karena dianggap tidak adil.
Pada 14 Mei 1948, Israel mendeklarasikan kemerdekaannya. Sehari kemudian, negara-negara Arab menyerang, namun Israel bertahan dan bahkan memperluas wilayahnya. Ratusan ribu warga Palestina diusir atau melarikan diri dari tanah mereka, peristiwa ini dikenal sebagai Nakba (malapetaka).
Pendudukan dan Perjuangan Palestina
Sejak perang 1967, Israel menduduki Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Gaza. Pendudukan ini berlangsung hingga hari ini, dan telah menimbulkan penderitaan panjang bagi rakyat Palestina. Pemukiman ilegal Israel terus meluas di Tepi Barat, sementara rakyat Palestina hidup di bawah pembatasan ketat dan kekerasan militer.
Berbagai upaya perdamaian dilakukan, termasuk Kesepakatan Oslo (1993), namun tidak berhasil menghentikan konflik. Rakyat Palestina terus memperjuangkan hak mereka atas kemerdekaan, pengakuan internasional, dan hak kembali bagi para pengungsi.
Palestina Hari Ini
Hingga kini, Palestina diakui sebagai negara oleh lebih dari 130 negara, namun belum memiliki status penuh di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Wilayah Gaza yang dikuasai Hamas terus diblokade oleh Israel dan Mesir, menyebabkan krisis kemanusiaan berkepanjangan. Di sisi lain, rakyat Palestina terus menunjukkan keteguhan dan keberanian dalam mempertahankan hak-haknya dengan semangat jihad rakyat palestina terus melawan kekuatan militer israel.
Sejarah panjang Palestina adalah cerminan dari perjuangan suatu bangsa yang terus berjuang untuk kebebasan, keadilan, dan kemerdekaan di tengah tekanan global. Konflik ini bukan hanya soal wilayah, tetapi juga tentang hak asasi manusia, martabat, dan keadilan yang belum ditegakkan, kini mereka masih terus berjuang.