Purwakarta — Bertempat di RedDoorz @Niagara Waterpark Purwakarta, sebuah kegiatan sarat nilai budaya digelar dengan tajuk “Sarasehan Tata Rias Budaya Sunda”. Acara ini dimulai pada pukul 14.30 WIB dan berlangsung hingga selesai, dengan mengusung tema besar “Menjaga Tradisi, Merawat Jati Diri”. Tujuan utama kegiatan ini adalah membangkitkan kembali kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga nilai-nilai luhur budaya Sunda yang perlahan mulai tergerus oleh arus globalisasi.
Di tengah era modernisasi yang masif, budaya lokal sering kali tersingkirkan dari kehidupan sehari-hari. Padahal, tradisi dan kearifan lokal merupakan jati diri bangsa yang tak ternilai harganya. Sarasehan ini menjadi momentum penting dalam upaya pelestarian budaya, khususnya pada aspek tata rias tradisional Sunda, yang tidak sekadar menyangkut keindahan fisik, tetapi juga mengandung nilai-nilai filosofis, spiritual, serta karakteristik masyarakat Sunda yang luhur.
Acara dibuka dengan penampilan memukau dari Sanggar Dangiang Pajajaran Pusat yang menampilkan Tarian Mapag Pangbagéa sebuah tarian penyambutan yang melambangkan rasa hormat kepada para tamu. Nuansa sakral langsung terasa ketika gerakan anggun para penari berpadu harmonis dengan alunan musik tradisional Sunda yang syahdu.
Selanjutnya, acara secara resmi dibuka oleh MC dan dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya sebagai bentuk penghormatan kepada bangsa.
Ketua pelaksana kegiatan kemudian menyampaikan sambutan penuh apresiasi kepada seluruh peserta, sponsor, pengisi acara, serta pihak-pihak yang telah memberikan dukungan, baik secara moril maupun materil. Ia menegaskan pentingnya keterlibatan bersama dalam menjaga dan merawat budaya Sunda agar tetap lestari di tengah perkembangan zaman.
Rangkaian acara dilanjutkan dengan pemutaran video dokumenter tentang kekayaan budaya Purwakarta, yang menggambarkan perjalanan sejarah dan kekhasan budaya lokal. Video ini juga menampilkan kilas balik pengabdian Verrell Bramasta sebagai anggota DPR RI Komisi X, yang membidangi pendidikan dan kebudayaan.
Setelah itu, doa pembuka dipimpin oleh Bapak Bais, menghadirkan suasana khidmat serta harapan agar seluruh kegiatan berjalan dengan lancar dan penuh keberkahan.
Kemeriahan kembali terasa lewat penampilan energik Tarian Jaipongan, yang menjadi ikon keceriaan dan semangat masyarakat Sunda. Tarian ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menjadi ekspresi dari karakter masyarakat yang kuat, ceria, dan penuh semangat gotong royong.
Sambutan Verrell Bramasta: Seruan Merawat Budaya
Acara menjadi semakin istimewa dengan hadirnya anggota DPR RI Komisi X, Verrell Bramasta. Dalam sambutannya, Verrell menyampaikan rasa bangganya bisa hadir di tengah masyarakat Purwakarta dalam sebuah kegiatan budaya yang begitu bermakna.
“Saya bangga bisa hadir di tengah-tengah acara seperti ini. Ini bukan hanya soal seni atau hiburan, tetapi soal kecintaan kita terhadap jati diri bangsa. Budaya adalah jantung dari peradaban kita. Melestarikan budaya sama artinya dengan menjaga arah masa depan bangsa,” ujar Verrell, yang akrab disapa Mas Dewan oleh peserta.
Ia juga menekankan bahwa saat ini Indonesia tengah menghadapi bukan hanya tantangan ekonomi, tetapi juga krisis kebudayaan. Menurutnya, budaya bukan hanya soal tari dan busana, melainkan juga mencakup hal-hal tak kasat mata seperti sopan santun, etika, dan karakter masyarakat.
“Purwakarta punya tempat istimewa di hati saya. Ini bukan sekadar kunjungan kerja, ini adalah masa reses yang saya manfaatkan untuk mendengarkan langsung suara masyarakat. Dan hari ini, saya ingin hadir dengan cara yang berbeda membawa semangat out of the box demi mengangkat budaya daerah agar harum di tingkat nasional,” ucap Verrell.
Ia juga menyinggung pentingnya budaya sebagai medium yang paling efektif untuk memperkenalkan Indonesia ke dunia internasional.
“Budaya kita harus dikenalkan, bukan dikubur. Ke depan, saya berencana untuk membuat pesta rakyat di Purwakarta. Setuju atau tidak?” serunya, yang langsung disambut antusiasme peserta dengan teriakan, “Setuju banget!”
Setelah sambutan, hadirin disuguhkan penampilan puisi berbahasa Sunda yang dibacakan oleh Kang Rudi Ali Ruda. Puisinya menggambarkan kedalaman rasa dan filosofi kehidupan masyarakat Sunda, sekaligus menjadi pengingat akan akar budaya yang tak boleh dilupakan.
Acara berlanjut dengan sesi tata rias pengantin Sunda. Para peserta disuguhi penampilan Pas Panganten Sunda, yang menampilkan hasil riasan tradisional lengkap dengan busana adat. Dari pantauan Intiporia di lokasi, penampilan ini diakhiri dengan penampilan Mojang Jajaka Purwakarta Nira Kania Wulandari (Juara Harapan 3 Mojang Purwakarta) dan Kang Arief Muhaimin (Jajaka Pinilih Jawa Barat 2025), yang tampil dalam prosesi adat Mapag Panganten.
Prosesi ini menunjukkan bahwa nilai-nilai tradisi tetap relevan dan dapat diadaptasi dalam kehidupan modern.
Beberapa tokoh tamu dan undangan kemudian turut menyampaikan pesan dan harapan. Mayoritas dari mereka mengapresiasi kegiatan sarasehan ini dan berharap acara serupa dapat digelar secara rutin, agar budaya Sunda tidak hanya dikenal, tetapi juga dicintai oleh generasi muda.
Sebagai penutup, seluruh peserta, pengisi acara, panitia, dan undangan melakukan sesi foto bersama. Momen ini menjadi simbol kolaborasi, persatuan, dan komitmen bersama dalam menjaga budaya sebagai aset bangsa.
Sarasehan Tata Rias Budaya Sunda ini bukan sekadar perayaan budaya, tetapi menjadi ruang edukasi, ekspresi, dan refleksi akan pentingnya menjaga jati diri bangsa. Dengan melibatkan generasi muda, pelaku seni, legislatif, dan komunitas lokal, acara ini menjadi bukti nyata bahwa budaya Sunda masih hidup dan akan terus berkembang sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia.
Tradisi bukanlah beban masa lalu, melainkan pijakan kuat untuk masa depan yang berkarakter, berakar, dan berjiwa luhur.