Sa’ad bin Abi Waqqash adalah salah satu dari sepuluh sahabat Nabi Muhammad SAW yang dijamin masuk surga (Al-‘Asharah Al-Mubasysyirin bil-Jannah). Ia dikenal sebagai salah satu pemanah terbaik dalam sejarah Islam, orang yang doanya mustajab, dan panglima besar yang menaklukkan Persia dalam masa keemasan Islam.
Latar Belakang dan Masuk Islam
Nama lengkapnya adalah Sa’ad bin Malik bin Uhayb bin Abdi Manaf, berasal dari suku Quraisy Bani Zuhrah. Ia memiliki hubungan kekerabatan dengan Nabi Muhammad SAW melalui ibu beliau, Aminah binti Wahb.
Sa’ad adalah salah satu dari tujuh orang pertama yang memeluk Islam lewat dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ia menerima Islam pada usia 17 tahun dan merupakan sahabat pertama yang menumpahkan darah demi Islam, dalam insiden perlawanan terhadap kaum Quraisy di Makkah.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Ya Allah, tepatkanlah panahnya dan kabulkanlah doanya.”
— (HR. At-Tirmidzi no. 3751, hasan sahih)
Keberanian di Medan Perang
Sa’ad bin Abi Waqqash adalah pemanah ulung, keterampilan memanahnya sudah tidak diragukan lagi, sa’ad sebagai pasukan utama dalam setiap perang . Dalam Perang Uhud, ia memanah musuh dengan sangat cepat dan akurat. Rasulullah bahkan pernah memotivasi Sa’ad dengan kata-kata luar biasa:
“Panahlah, wahai Sa’ad! Demi ayah dan ibuku aku tebus engkau!”
— (HR. Al-Bukhari no. 3720, Muslim no. 2411)
Ini adalah satu-satunya sahabat yang pernah dikatakan demikian oleh Nabi, karena luar biasanya pengorbanan dan keberanian Sa’ad sebagai pejuang islam.
Ia juga ikut dalam Perang Badar, Khandaq, dan semua ekspedisi militer besar Islam semasa Nabi SAW.
Doa Mustajab dan Kezuhudan
Sa’ad dikenal sebagai sahabat yang doanya selalu dikabulkan. Suatu kali, seseorang mencelanya dan menuduhnya tidak adil. Sa’ad pun berdoa agar Allah membalas orang tersebut. Tidak lama setelah itu, orang itu terkena penyakit lumpuh yang membuatnya menjadi pelajaran bagi yang lain.
Meski menjadi salah satu tokoh besar dan kaya raya, Sa’ad hidup sangat sederhana. Ia pernah berkata:
“Saya adalah orang pertama yang menumpahkan darah di jalan Allah, dan saya adalah orang terakhir dari sepuluh yang dijamin surga.”
Panglima Penakluk Persia
Setelah wafatnya Rasulullah, Sa’ad memegang peran penting dalam pemerintahan. Di masa Khalifah Umar bin Khattab, ia diangkat sebagai panglima perang untuk memimpin pasukan Islam melawan Kekaisaran Persia.
Ia memimpin dalam Perang Qadisiyah (636 M), yang menjadi salah satu pertempuran paling bersejarah dan menentukan dalam penaklukan Persia. Kemenangan ini membuka jalan bagi penyebaran Islam di wilayah Irak dan Persia.
Setelah itu, Umar mengangkatnya sebagai gubernur Kufah, namun ketika muncul keluhan, Sa’ad lebih memilih menarik diri daripada mempertahankan jabatan.
Akhir Hayat dan Wafat
Sa’ad bin Abi Waqqash adalah sahabat terakhir dari sepuluh sahabat surga yang wafat. Ia mengasingkan diri dari fitnah politik yang melanda umat Islam di masa akhir kekhalifahan Utsman bin Affan dan awal pemerintahan Ali bin Abi Thalib.
Ia meninggal dunia pada tahun 55 H / 674 M di daerah Aqiq, dekat Madinah. Saat wafat, ia berusia sekitar 80 tahun. Jenazahnya dibawa ke Madinah dan dimakamkan di Jannatul Baqi’, pemakaman para sahabat.
Sa’ad bin Abi Waqqash adalah sahabat yang menakjubkan: pemuda yang pertama kali memanah di jalan Allah, pahlawan medan perang, gubernur yang adil, dan pribadi yang zuhud. Doanya selalu dikabulkan, dan ia wafat dalam keadaan tenang, jauh dari fitnah dunia.
Namanya diabadikan dalam sejarah sebagai pahlawan penakluk Persia, dan sebagai teladan pemimpin yang jujur, pemberani, dan saleh. Ia membuktikan bahwa kekuatan fisik, keberanian, dan ketakwaan bisa menyatu dalam diri seorang Muslim sejati.
Sumber dan Referensi:
- Shahih Al-Bukhari, no. 3720
- Shahih Muslim, no. 2411
- Sunan At-Tirmidzi, no. 3751
- Ibnu Sa’ad, Thabaqat al-Kubra, Jilid 3
- Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa An-Nihayah
- Ibnu Hajar, Al-Isabah fi Tamyiz Ash-Shahabah
- Ar-Raheeq Al-Makhtum, Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri
- Ensiklopedi Sahabat Nabi – Pustaka Al-Kautsar
















