Idul Adha, yang dikenal juga sebagai Hari Raya Kurban, bukan sekadar perayaan tahunan umat Islam, melainkan momen refleksi mendalam tentang nilai pengorbanan, solidaritas, dan ketakwaan.
Peristiwa penyembelihan hewan kurban mengingatkan kita pada kisah Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail, yang dengan penuh keikhlasan menjalankan perintah Allah untuk berkurban, bagaimana sikap kedua manusia pilihan ini dalam menjalankan perintah dari Allah SWT sebagai bagian dari keimanan yang totalitas.
Namun, esensi dari Idul Adha tidak hanya terletak pada ritual penyembelihan, melainkan pada sikap mental dan sosial yang harus kita internalisasi dalam kehidupan sehari-hari.
Idul Adha mengajarkan kita bahwa pengorbanan bukan hanya tentang materi, tetapi juga tentang ketulusan hati dan ketaatan kepada Tuhan.
Seperti yang disampaikan oleh cendekiawan Muhammadiyah, Sukidi, bahwa yang sampai kepada Allah bukanlah hewan kurban itu sendiri, melainkan ketakwaan dan keikhlasan yang ditunjukkan oleh umat Islam dalam berkurban.
Dalam kisah kurban ini banyak hikmah yang dapat kita ambil salah satunya adalah bagaimana komunikasi yang yang terjadi antara Nabi Ibrahim dengan Putranya Ismail, yang Allah abadikan dalam Al-Qur’an Surat As-Shaffat ayat 102 yang artinya:
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”
Kita bisa melihat keteguhan hati sang ayah Nabi Ibrahim ketika mendapatkan perintah untuk menyembelih putra yang begitu di sayanginya. Beliau berbicara dengan penuh kebijaksaan dan kasih sayang, serta bagaimana tanggapan sang Putra Ismail ketika mendengar itu adalah perintah dari Allah SWT. Beliau patuh dengan penuh keyakinan dan Keikhlasan dalam melaksanakan perintah dari tuhan yang maha esa tersebut.
Segala bentuk ketakwaan yang ditunjukan oleh keduanya dengan penuh keikhlasan yang pada akhirnya sesaat sebelum pedang menyentuh leher Nabi Ismail, Allah SWT ganti dengan Domba yang begitu besar, begitu lah sejarah Kurban yang kita fahami di alami oleh manusia manusia pilihan.
Namun kisah tersebut bukan hanya sebatas sejarah namun sarat akan makna Salah satu aspek penting dari Idul Adha adalah pembagian daging kurban kepada mereka yang membutuhkan.
Moment ini menjadi bagian dari perayaan Idul Adha, dimana bagi mereka yang kekurangan bisa merasakan makan daging sehingga moment ini begitu ditunggu- tunggu.
Tindakan ini mencerminkan solidaritas sosial dan kepedulian terhadap sesama. Namun, semangat berbagi ini seharusnya tidak hanya muncul saat Idul Adha, tetapi harus menjadi bagian dari budaya kita sehari-hari.
Dalam kehidupan sosial, kita dituntut untuk saling membantu, peduli, dan berbagi dengan mereka yang kurang beruntung terlebih pada tetangga dan kerabat kita yang terdekat. Begitulah islam mengajarkan kepedulian dengan berbagai macam ritualnya, yang didasarkan pada keyakinan ketakwaan kepada Allah SWT.
Makna Idul Adha seharusnya tidak berhenti pada pelaksanaan ritual semata, tetapi harus diinternalisasi dalam perilaku kita sehari-hari. Pengorbanan sebagai bagian dari ketakwaan harus menjadi kebiasaan dan perilaku sehari – hari umat islam, tidak harus menunggu moment Idul Adha untuk berbagi daging.
Selain itu, makna tersendiri dalam idul adha adalah bagaimana kita bisa menghilangkan sifat – sifat hewani dalam diri kita, dengan menyembelih hewan qurban tersebut di harapkan umat islam saling peduli dengan sesama dan ikhlas dalam berbagi.
Idul Adha lebih dari sekadar perayaan ritual; ia adalah momen untuk merefleksikan nilai-nilai pengorbanan, ketakwaan, dan solidaritas sosial dalam kehidupan kita. Dengan memahami dan mengamalkan makna Idul Adha, kita diharapkan dapat menjadi pribadi yang lebih baik, tidak hanya dalam hubungan dengan Allah SWT, tetapi juga dalam hubungan sosial dengan sesama manusia.
Idul Adha juga memperkuat rasa persatuan dan kebersamaan dalam komunitas Muslim. Kebersamaan ini memperkuat rasa persatuan dan kebersamaan dalam komunitas Muslim, menjembatani perbedaan sosial, budaya, dan ekonomi.
Dengan berkumpul bersama untuk melaksanakan salat Id dan menyembelih hewan kurban, umat Islam dapat mempererat tali persaudaraan dan memperkuat rasa persaudaraan. Hal ini mencerminkan pentingnya menjaga persatuan, kerukunan, dan harmoni dalam masyarakat.
Wallahualam bissawab