Majalengka – Burung hantu jenis Tyto alba kini mendapat perhatian dalam strategi pengendalian hama tikus di sektor pertanian.
Menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), keberhasilan penggunaan predator alami ini sangat ditentukan oleh kesiapan habitat, pelatihan adaptasi, serta keterlibatan aktif petani.
Peneliti Ahli Madya sekaligus Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN, Yudhistira Nugraha, menjelaskan bahwa seekor burung hantu dewasa mampu memangsa beberapa ekor tikus per malam di alam terbuka.
Namun, ia mengingatkan bahwa predator alami tidak cukup efektif jika terjadi ledakan populasi tikus (outbreak). Oleh karena itu, pendekatan pengendalian harus bersifat komprehensif.
“Pendekatan terpadu ini menjadi kunci agar populasi tikus bisa ditekan dengan cepat sebelum stabil kembali dengan bantuan predator alami,” ujarnya dikutip dari situs resmi BRIN, 11 April 2025
BRIN juga menekankan pentingnya penyediaan rumah burung hantu (Rubuha), yakni kotak sarang di atas tiang setinggi 4 hingga 5 meter. Tyto alba tidak membangun sarang sendiri, sehingga Rubuha menjadi fasilitas vital agar burung hantu dapat tinggal dan berkembang biak.
Idealnya, Rubuha dipasang dengan jarak 100–200 meter di lahan, disesuaikan dengan wilayah jelajah burung yang dapat mencapai 12–25 hektar per pasang.
Sebelum dilepaskan ke alam, burung hantu perlu ditangkarkan dan dilatih dalam kandang karantina. Pada fase ini, mereka dikenalkan dengan tikus hidup sebagai pakan agar terbiasa berburu mandiri setelah dilepas.
“Pemantauan populasi juga tetap diperlukan agar tidak terjadi ketidakseimbangan. Misalnya, saat jumlah tikus menurun drastis dan burung hantu mulai memangsa satwa lain,” kata Yudhistira.
BRIN menilai keberhasilan metode ini tidak lepas dari peran serta petani, edukasi yang memadai, dan dukungan kebijakan dari pemerintah, termasuk dalam penyediaan Rubuha serta sistem pemantauan populasi yang berkelanjutan.
Dukungan terhadap penggunaan burung hantu sebagai pengendali hama datang langsung dari Presiden Prabowo Subianto.
Dalam kegiatan Panen Raya Nasional di Desa Randegan Wetan, Kecamatan Jati 7, Kabupaten Majalengka, Senin (7/4/2025), ia menyampaikan komitmennya untuk membantu pengadaan burung hantu bagi para petani di wilayah tersebut.
“Di daerah sini, saya dapat laporan hama tikus yang sangat pelik masalahnya dan yang paling bagus sekarang katanya adalah burung hantu,” ujar Prabowo.
Kegiatan panen raya ini merupakan bagian dari agenda serentak di 14 provinsi dan 156 kabupaten/kota sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. Diharapkan, sinergi antara solusi berbasis ekologi dan dukungan kebijakan ini dapat menciptakan sistem pertanian yang sehat, produktif, dan berkelanjutan.

















