• Tentang Kami
  • Layanan Iklan
  • Hubungi Kami
Sabtu, 09 Agustus 2025
Intiporia
Kirim Artikel
  • Sekilas
  • Tren
    • All
    • Budaya
    • Dunia
    • Film
    • Kampus
    • Lingkungan
    • Lokal
    • Musik
    • Muslim
    • Olahraga
    • Peristiwa
    • Politik
    • Selebritas
    • Teknologi
    • Wisata
    sumber penghasilan Mahasiswa

    8 Sumber Penghasilan Tambahan yang Cocok untuk Mahasiswa

    Bisnis Mahasiswa

    15 Ide Bisnis Sampingan untuk Mahasiswa yang Mudah Dimulai

    Umar bin Khattab

    Umar bin Khattab: Pemimpin Tegas dan Adil Penegak Kejayaan Islam

    KPPM STIE Wikara 2025

    Mahasiswa STIE Wikara 2025 Tutup KPPM dengan Apik, Warga Darangdan Antusias

    BSU DPRD

    Temuan Mengejutkan! 35 Anggota DPRD Purwakarta Terdaftar sebagai Penerima BSU

    Mahasiswa Universitas Kartamulia dengan Pengadilan Negeri Purwakarta - Dok. Universitas Kartamulia

    Pengadilan Negeri Purwakarta Jalin Sinergi dengan Universitas Kartamulia, Mahasiswa Jadi “Sahabat Pengadilan”

    Khalifah

    Abu Bakar Ash-Shiddiq: Khalifah Pertama dan Penegak Islam Sejati

    Abolisi dan Amnesti

    Abolisi dan Amnesti Presiden Prabowo untuk Tom Lembong dan Hasto: Apa Bedanya?

    Gebyar Pasar Kaget

    Gebyar Pasar Kaget Semarakkan Penutupan KPPM STIE WIKARA di Desa Nangewer

  • Have Fun!
  • Esai
  • Belajar
  • Gaya Hidup
  • Komunitas
No Result
View All Result
Intiporia
  • Sekilas
  • Tren
    • All
    • Budaya
    • Dunia
    • Film
    • Kampus
    • Lingkungan
    • Lokal
    • Musik
    • Muslim
    • Olahraga
    • Peristiwa
    • Politik
    • Selebritas
    • Teknologi
    • Wisata
    sumber penghasilan Mahasiswa

    8 Sumber Penghasilan Tambahan yang Cocok untuk Mahasiswa

    Bisnis Mahasiswa

    15 Ide Bisnis Sampingan untuk Mahasiswa yang Mudah Dimulai

    Umar bin Khattab

    Umar bin Khattab: Pemimpin Tegas dan Adil Penegak Kejayaan Islam

    KPPM STIE Wikara 2025

    Mahasiswa STIE Wikara 2025 Tutup KPPM dengan Apik, Warga Darangdan Antusias

    BSU DPRD

    Temuan Mengejutkan! 35 Anggota DPRD Purwakarta Terdaftar sebagai Penerima BSU

    Mahasiswa Universitas Kartamulia dengan Pengadilan Negeri Purwakarta - Dok. Universitas Kartamulia

    Pengadilan Negeri Purwakarta Jalin Sinergi dengan Universitas Kartamulia, Mahasiswa Jadi “Sahabat Pengadilan”

    Khalifah

    Abu Bakar Ash-Shiddiq: Khalifah Pertama dan Penegak Islam Sejati

    Abolisi dan Amnesti

    Abolisi dan Amnesti Presiden Prabowo untuk Tom Lembong dan Hasto: Apa Bedanya?

    Gebyar Pasar Kaget

    Gebyar Pasar Kaget Semarakkan Penutupan KPPM STIE WIKARA di Desa Nangewer

  • Have Fun!
  • Esai
  • Belajar
  • Gaya Hidup
  • Komunitas
Intiporia
  • Sekilas
  • Tren
  • Have Fun!
  • Esai
  • Belajar
  • Gaya Hidup
  • Komunitas
Home Esai

Beratnya Punya Gelar Sarjana, Tapi Salah Nalar

Firman Aji Setiyawan by Firman Aji Setiyawan
31 Juli 2025
in Esai
Gelar

Ilustrasi Foto Sarjana - Freepik/8photo

Share on WhatsappShare on FacebookShare on Linkedin

Di negeri ini, gelar sarjana sudah seperti tanda status sosial. Ibarat stiker “mobil pejabat”, begitu melekat di nama — langsung dianggap pinter, bisa dipercaya, dan (katanya) punya otoritas berpikir. Tapi belakangan, publik sering dibuat geleng-geleng kepala: kok ada orang yang sudah sarjana, tapi logikanya malah nyasar?

Fenomena ini bukan sekadar keprihatinan. Ia menjadi alarm keras bagi dunia pendidikan: gelar akademik makin kehilangan makna ketika lebih banyak dipakai untuk gaya daripada untuk berpikir.

BACA JUGA

Musyawarah dan Hukum: Menyatukan Aturan Formal dan Kearifan Lokal

Rangkap Jabatan Mewabah: Dari Pejabat hingga Pimpinan Serikat Duduki Kursi Empuk BUMN

Secara administratif, ijazah memang menandakan bahwa seseorang telah menempuh pendidikan tinggi. Tapi apakah itu juga bukti bahwa ia mengerti cara berpikir, membaca konteks, dan menyusun argumen yang waras?

Seringkali, tidak. Banyak yang mengira bahwa menyandang gelar sarjana otomatis membuatnya lebih pintar dari siapa pun. Maka muncullah orang-orang yang sok akademis, tapi tak segan menyebarkan hoaks, menyalahgunakan istilah ilmiah, atau menafsirkan aturan seenak kepala.

Seperti orang yang lulus jurusan pertanian tapi percaya teori bumi datar — atau yang mengaku lulusan manajemen, tapi percaya rezeki bisa didatangkan hanya dengan menaruh sandal kiri di atas pintu.

Kita hidup di tengah budaya yang terlalu menghormati gelar, tapi tidak peduli pada isi kepala. Ini mirip menghormati bungkus kado tanpa peduli isinya apa. Tak sedikit orang yang kuliah bukan untuk belajar, tapi untuk dapat “titel” demi disematkan di kartu nama.

Tak heran, industri gelar pun menjamur: kuliah cepat, skripsi instan, seminar online jadi alasan dapat sertifikat. Lalu selesai wisuda, upload foto toga dengan caption: “This is not the end, it’s a new beginning”, padahal cara mikirnya masih belum sampai tahap beginning.

Di sinilah kata-kata Jalaluddin Rakhmat menjadi sangat relevan:

“Pendidikan kita telah melahirkan terlalu banyak orang berijazah, tetapi sedikit yang berpikir.”

Kalimat ini bukan hanya sindiran, tapi tamparan bagi dunia akademik yang lebih sibuk mencetak ijazah daripada melatih kemampuan berpikir.

Gelar akademik seharusnya membuat seseorang bisa membedakan opini dan fakta, logika dan manipulasi. Tapi dalam kenyataannya, banyak sarjana yang justru menggunakan gelarnya untuk menegaskan kebodohan yang terstruktur. Contoh konkret? Lihat saja debat publik di media sosial.

Ada yang gelarnya tinggi, tapi berkata begini: “Kalau pendapat saya salah, ya itu kan pendapat saya. Jangan disalahkan. Saya punya hak berpendapat.” Benar, semua orang punya hak berpendapat — tapi tidak semua pendapat pantas dipertahankan. Apalagi jika itu disampaikan oleh orang yang mengaku akademisi. Gelar bukan pelindung dari kritik, dan bukan juga kartu bebas untuk berbicara ngawur.

Pendidikan seharusnya membentuk cara berpikir, bukan hanya mencetak kertas berjudul “ijazah”. Seorang sarjana harusnya paham kapan berbicara dan kapan belajar.

Karena sejatinya, orang yang benar-benar berilmu akan meragukan dirinya sebelum menyimpulkan sesuatu — bukan malah merasa suci karena sudah sarjana. Kalau gelar hanya jadi hiasan dinding dan bahan pamer di bio WhatsApp, lalu apa bedanya dengan kaleng kerupuk yang besar tapi kosong?

Sudah saatnya kita membalik cara menilai. Jangan terpukau pada gelar, jabatan, atau almamater. Lihat isinya: bagaimana ia berpikir, berbicara, dan bertindak. Dunia ini tidak kekurangan orang pintar, tapi kekurangan orang yang benar-benar berpikir.

Sebagaimana kata Albert Einstein:

“The value of a college education is not the learning of many facts, but the training of the mind to think.”

Gelar sarjana tanpa akal sehat hanya akan melahirkan intelektual semu — pintar secara administratif, tapi kosong secara substansi. Maka jika hari ini kita menemukan orang yang gelarnya panjang, tapi pikirannya pendek, itu bukan keajaiban. Itu hasil dari sistem pendidikan yang lebih mencintai simbol daripada isi.

Karena pada akhirnya, masyarakat butuh pemikiran yang jernih, bukan nama belakang yang ramai.

Tags: IjazahSarjana
Plugin Install : Subscribe Push Notification need OneSignal plugin to be installed.

Related Posts

Musyawarah
Esai

Musyawarah dan Hukum: Menyatukan Aturan Formal dan Kearifan Lokal

7 Agustus 2025
Pejabat
Esai

Rangkap Jabatan Mewabah: Dari Pejabat hingga Pimpinan Serikat Duduki Kursi Empuk BUMN

30 Juli 2025
pelecehan
Esai

Dinamika Dunia Kerja, Menyoal Diskriminasi dan Pelecehan di Perusahaan

22 Juli 2025
Rasa Sakit
Esai

Kalau Bahagia Itu ‘Mahal’, Kamu Mau ‘Bayar’ Pakai Rasa Sakit yang Mana?

13 Juli 2025
Remaja
Esai

Membaca Fenomena Ekspresi Remaja lewat Teori Howard S. Becker

13 Juli 2025
monogami
Esai

Monogami: Apakah Sifat Dasar Manusia atau Pilihan Sosial?

9 Juli 2025
Next Post
Bogor Geulis

"Bogor Geulis" Gerakan Lintas Generasi untuk Membangun Bogor yang Lebih Baik

  • KPPM STIE Wikara 2025

    Mahasiswa STIE Wikara 2025 Tutup KPPM dengan Apik, Warga Darangdan Antusias

    683 shares
    Share 273 Tweet 171
  • Gebyar Pasar Kaget Semarakkan Penutupan KPPM STIE WIKARA di Desa Nangewer

    672 shares
    Share 269 Tweet 168
  • Mengintip Kesibukan Warga Wanakerta, Menjelang Kemeriahan HUT RI ke-80

    658 shares
    Share 263 Tweet 165
  • Orang Tua Pekerja Ungkap Nasib: PT Velasto Indonesia Diduga Tak Bayar Gaji Secara Penuh

    743 shares
    Share 297 Tweet 186
  • Pengadilan Negeri Purwakarta Jalin Sinergi dengan Universitas Kartamulia, Mahasiswa Jadi “Sahabat Pengadilan”

    654 shares
    Share 262 Tweet 164
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Forum

© 2025 All Right Reserved Intiporia - Intip Dunia yang Menyenangkan

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kirim Artikel
  • Fotoporia
  • Hubungi Kami

© 2025 All Right Reserved Intiporia - Intip Dunia yang Menyenangkan