Abu Ubaidah bin Al-Jarrah adalah salah satu dari sepuluh sahabat Nabi Muhammad SAW yang dijamin masuk surga. Ia dikenal sebagai pribadi yang amanah, rendah hati, pemberani, dan tangguh di medan jihad. Rasulullah SAW memberinya gelar khusus: “Amin hadzihil ummah” — “Orang paling dipercaya dari umat ini.”
Latar Belakang dan Masuk Islam
Nama aslinya adalah Amir bin Abdullah bin Al-Jarrah. Ia berasal dari suku Quraisy, Bani Al-Harits bin Fihr. Nama “Abu Ubaidah” adalah kunyah (julukan) yang melekat padanya.
Ia termasuk golongan As-Sabiqunal Awwalun, yakni orang-orang pertama yang memeluk Islam. Masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq, bersama dengan sahabat-sahabat besar lainnya seperti Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf.
Abu Ubaidah menghadapi tekanan dari kaum Quraisy karena keislamannya, namun tidak pernah goyah dalam keimanan. Ia hijrah dua kali: pertama ke Habasyah, dan kedua ke Madinah bersama kaum Muhajirin lainnya.
Amanah dan Kepercayaan Nabi
Rasulullah SAW sangat mencintai dan memercayai Abu Ubaidah. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda:
“Sesungguhnya setiap umat memiliki orang yang paling dipercaya. Dan orang yang paling dipercaya dari umat ini adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.”
— (HR. Al-Bukhari, no. 3744)
Abu Ubaidah dikenal sebagai orang yang lembut hati, tidak suka menonjolkan diri, dan selalu menempatkan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi.
Kisah Heroik: Membunuh Ayahnya Sendiri di Perang Badar
Salah satu ujian paling berat yang dihadapi Abu Ubaidah adalah ketika menghadapi ayah kandungnya sendiri dalam Perang Badar. Ayahnya berada di pihak Quraisy yang memerangi kaum Muslimin. Dalam pertempuran itu, Abu Ubaidah terpaksa membunuh ayahnya demi membela Islam.
Peristiwa ini disebut dalam Al-Qur’an:
“Engkau tidak akan mendapati kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun mereka itu ayah-ayah mereka…”
— (QS. Al-Mujadilah: 22)
(Menurut sebagian tafsir, ayat ini turun terkait peristiwa Abu Ubaidah)
Pemimpin Perang dan Penakluk Syam
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, Abu Ubaidah terus berperan besar dalam perluasan wilayah Islam. Ia ditunjuk sebagai panglima pasukan Syam oleh Khalifah Abu Bakar, dan dilanjutkan oleh Umar bin Khattab. Ia memimpin berbagai ekspedisi penting, termasuk:
- Perang Yarmuk (636 M): kemenangan besar melawan Kekaisaran Romawi Byzantium.
- Penaklukan Damaskus, Homs, dan wilayah Syam lainnya.
Abu Ubaidah terkenal karena kerendahan hatinya. Ketika Umar bin Khattab datang menemuinya di Syam, ia menyaksikan bahwa panglima besar itu hidup di rumah sederhana, tidur di tikar kasar, dan tidak memiliki harta dunia.
Umar menangis dan berkata:
“Semua ini dunia telah mengubah kita, kecuali engkau wahai Abu Ubaidah.”
Wafat karena Wabah Tha’un
Pada tahun 18 H (639 M), wilayah Syam dilanda wabah Tha’un (semacam wabah pes) yang menewaskan ribuan orang. Abu Ubaidah termasuk korban dari wabah tersebut. Sebelumnya, Umar sempat menyuruhnya kembali ke Madinah, tapi ia menolak karena tidak ingin meninggalkan pasukannya.
Ia wafat dalam usia sekitar 58 tahun, dan dimakamkan di Jordania, dekat wilayah Mu’tah. Sampai sekarang, makamnya dikenal sebagai salah satu tempat ziarah bersejarah.
Abu Ubaidah bin Al-Jarrah adalah teladan sejati dalam kejujuran, keberanian, dan amanah. Ia tidak hanya pejuang medan perang, tetapi juga panglima yang zuhud, sahabat yang sabar, dan pemimpin yang tak tertandingi dalam kerendahan hati.
Namanya akan selalu dikenang sebagai “Aminul Ummah”, dan sebagai sosok yang lebih memilih akhirat daripada dunia, walaupun dunia terbuka luas di tangannya.
Sumber dan Referensi:
- Shahih Al-Bukhari, no. 3744
- Al-Qur’an Surah Al-Mujadilah: 22
- Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa An-Nihayah
- Ibnu Hajar al-Asqalani, Al-Isabah fi Tamyiz al-Sahabah
- Ibnu Sa’ad, Thabaqat al-Kubra
- Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Ar-Raheeq Al-Makhtum
- Ensiklopedi Sahabat Nabi, Pustaka Al-Kautsa
















