Nepal, negara yang terkenal dengan pemandangan gunung Himalaya yang gagah, baru-baru ini jadi saksi sebuah drama yang nggak kalah seru dari sinetron: demonstrasi besar-besaran yang ujung-ujungnya berubah jadi kerusuhan! Waduh, kok bisa sih? Yuk, kita kulik bareng-bareng cerita seru ini dengan senyum supaya nggak terlalu berat.
Jadi begini, teman-teman. Pemerintah Nepal, yang katanya sih bertugas untuk melindungi dan mensejahterakan rakyatnya, malah kebalikannya. Mereka asyik menikmati hidup mewah bak raja-raja kecil di istana, sementara rakyatnya? Wah, jangan ditanya, kemiskinan merajalela kayak hantu yang susah ditangkap. Bayangin saja, pejabat-pejabat itu punya kesejahteraan yang bikin iri, lengkap dengan mobil dinas mewah, kantong tebal, dan acara makan siang dengan menu buffet lima bintang. Sementara itu, rakyat biasa harus banting tulang cari nasi sehari-hari, kadang malah cuma dapat nasi dengan lauk imajinasi.
Ketidakadilan ini nggak pelan-pelan bikin warga Nepal naik darah, tapi langsung meledak seperti kembang api Tahun Baru! Demonstrasi pun meledak di berbagai kota. Para pendemo, yang awalnya cuma pengin didengar dan diperhatikan, akhirnya terjebak dalam kerusuhan yang bikin suasana kota seperti film laga. Ada yang lempar-lemparan batu, ada yang bakar ban bekas, dan ada juga yang sekadar teriak-teriak sambil bawa spanduk bertuliskan, “Hei, Pak Pejabat, jangan lupa kita juga manusia, bukan pajangan!”
Yang lucu, ada beberapa pejabat yang katanya panik berat dan malah sembunyi di balik pintu kantor. Mungkin mereka mikir, “Ini apa ya? Kok kayaknya demo biasa berubah jadi pesta rakyat?” Tapi tentu saja, sembunyi bukan solusi. Rakyat sudah muak dengan janji manis yang nggak pernah ditepati, dan sekarang mereka pengin bukti nyata, bukan cuma kata-kata kosong.
Kalau kita lihat dari sudut pandang komedi, situasi ini mirip banget sama sinetron di mana si tokoh utama yang sombong dan serakah tiba-tiba ketiban sial. Pemerintah yang dulunya seenaknya bikin aturan tanpa pikir panjang, kini harus menghadapi rakyat yang sudah nggak tahan lagi diperlakukan seperti tamu tak diundang di negeri sendiri. Eh, tapi jangan salah, meski suasana sedang tegang, ada juga momen-momen kocak, seperti ketika beberapa demonstran malah asyik selfie di tengah kerusuhan, kayak lagi ikut lomba foto Instagram paling keren.
Tentu saja, tidak semua pejabat seperti ini. Ada beberapa yang masih peduli dan berusaha mencari solusi, tapi sayang suaranya tenggelam oleh suara mereka yang lebih keras dan egois. Jadi, rakyat pun harus berjuang sendiri supaya suara mereka didengar dan keadilan bisa ditegakkan.
Intinya, kerusuhan ini adalah alarm keras bahwa pemerintah Nepal perlu introspeksi diri. Jangan sampai pejabat yang seharusnya jadi pelayan rakyat malah jadi raja yang menindas. Kalau terus-terusan begini, bisa-bisa bukan cuma demonstrasi yang meledak, tapi juga kepercayaan rakyat yang ikut meledak dan hilang entah ke mana.
Semoga saja, dari kekacauan ini muncul perubahan yang nyata, bukan cuma janji manis yang habis manis sepah dibuang. Karena pada akhirnya, negara yang kuat itu bukan yang pejabatnya kaya melimpah sementara rakyatnya susah, tapi yang bisa membuat semua warganya hidup sejahtera dan bahagia bersama.
Nah, begitulah cerita lucu tapi serius dari negeri di kaki Himalaya ini. Semoga Nepal segera menemukan jalan damai dan rakyatnya bisa kembali tersenyum tanpa harus menggelar demonstrasi yang bikin keringetan dingin para pejabat.

















