Karawang — Program Bangga Kencana kembali digaungkan di Kabupaten Karawang melalui kegiatan sosialisasi bersama mitra kerja yang digelar di Charles Business Center, Desa Margasari, Kecamatan Karawang Timur, Sabtu (27/9). Acara ini mengusung tema “Keluarga Berkualitas untuk Indonesia Emas” dan menghadirkan sejumlah pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah pusat, daerah, hingga DPR RI.
Kegiatan yang dihadiri sekitar 300 peserta ini dibuka oleh Kepala Desa Margasari, Cecep Sunandar, yang menyampaikan apresiasinya atas kehadiran para narasumber. Ia berharap sosialisasi ini memberi manfaat nyata bagi masyarakat dalam meningkatkan pemahaman tentang pentingnya keluarga berencana dan pencegahan stunting.
Plt. Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Karawang, Drs. Imam Bahanan, M.M, menegaskan bahwa stunting bukan penyakit, melainkan gangguan tumbuh kembang anak yang dapat dicegah. “Hampir 49 persen calon ibu yang mengalami anemia berisiko melahirkan anak stunting. Karena itu, calon pengantin wajib mendapatkan pembekalan kesehatan di puskesmas, dibantu oleh kader dan petugas PLKB,” jelasnya.
Hal senada disampaikan Drs. Dadi yang mengungkapkan bahwa saat ini terdapat 170 anak stunting di Kabupaten Karawang. Menurutnya, penanganan masalah ini membutuhkan kerja lintas sektor, mulai dari pemenuhan gizi hewani hingga akses sanitasi. “Jika ada keluarga yang belum memiliki jamban, segera laporkan. Pemerintah sudah menyiapkan anggaran untuk pembangunan jamban dan penyediaan air bersih,” tegasnya. Ia juga memperkenalkan sejumlah program Kemendukbangga, seperti GENTING (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting), SIDAYA (Lansia Berdaya), dan TAMSYA, yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Sementara itu, anggota Komisi IX DPR RI Fraksi Partai Gerindra, H. Obon Tabroni, menekankan bahwa angka stunting di Jawa Barat masih berada di angka 20 persen. Ia menegaskan perlunya kerja sama semua pihak untuk menurunkannya, sekaligus menyinggung isu lain yang tak kalah penting, yakni penyalahgunaan obat-obatan di kalangan remaja.
Obon juga menyoroti keterlambatan Indonesia dalam menjalankan program-program bergizi dibanding negara lain. “Negara lain dari usia 60 tahun sudah punya program ini, sementara kita baru memulai sekarang. Akibatnya, IQ rata-rata orang Indonesia hanya 78, kalah dari Malaysia bahkan Vietnam,” ungkapnya.
Ia menegaskan, pembangunan kualitas manusia lebih mendesak dibanding sekadar infrastruktur. Salah satu langkah sederhana menurutnya adalah membiasakan anak-anak mengonsumsi sayur sejak dini agar tidak ada kesenjangan sosial dalam pola makan. “Jangan sampai anak lurah makan ayam, sementara anak tukang pacul hanya nasi. Program ini harus menyamakan semua agar anak-anak tidak merasa minder sejak kecil,” tambahnya.
Di akhir kegiatan, Obon menegaskan komitmennya untuk terus melakukan evaluasi terhadap program dan mitra kerja. “Besok, yayasan yang bermasalah akan dicabut izinnya. Evaluasi akan terus berjalan,” ujarnya.
Acara ditutup dengan sesi tanya jawab interaktif yang disambut antusias peserta, membahas berbagai persoalan mulai dari gizi keluarga hingga strategi pencegahan stunting di tingkat desa.
Sosialisasi ini memperlihatkan komitmen bersama pemerintah pusat, daerah, dan DPR RI dalam menguatkan kolaborasi pencegahan stunting serta membangun kualitas SDM menuju Indonesia Emas.
















