Majalengka – Presiden Prabowo Subianto menghadiri kegiatan Panen Raya Nasional yang dipusatkan di Desa Randegan Wetan, Kecamatan Jati 7, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat, pada Senin, 7 April 2025.
Kegiatan ini merupakan bagian dari panen raya serentak yang digelar di 14 provinsi dan 156 kabupaten/kota di seluruh Indonesia, sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan nasional.
Dalam kesempatan tersebut, Prabowo menyoroti masalah hama tikus yang dilaporkan petani sebagai kendala utama dalam produksi pertanian. Ia menegaskan komitmennya untuk membantu petani secara langsung dengan menyediakan burung hantu sebagai solusi alami.
“Di daerah sini, saya dapat laporan hama tikus yang sangat pelik masalahnya dan yang paling bagus sekarang katanya adalah burung hantu.” ujar Presiden Prabowo, dikutip Intiporia dari keterangan resminya, 11 April 2025.
“Waduh, ini harga burung hantu naik dong kalau sekarang gitu ya kira-kira. Sekarang satu Rp150 ribu, lebih mahal. Enggak. Nanti saya bantu di sini ya, saya bantu untuk berapa? Berapa burung hantu yang Saudara perlu? Ya, saya bantu benar ya. Perlu tambahan berapa burung hantu? Seribu ekor. Seribu ekor kali Rp150 ribu, berarti Rp150 juta. Baik, saya bantu hari ini juga,” lanjut Presiden Prabowo di hadapan para petani.
Pernyataan Presiden langsung mendapat tanggapan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Peneliti Ahli Madya yang juga Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN, Yudhistira Nugraha, menyambut baik penggunaan burung hantu sebagai salah satu solusi pengendalian hama, terutama jenis Tyto alba yang dikenal efektif memangsa tikus di alam terbuka.
“Seekor burung hantu dewasa mampu memakan beberapa ekor tikus per malam,” jelas Yudhistira saat dihubungi Tim Humas BRIN, Kamis (10/4).
Namun, Yudhistira mengingatkan bahwa penggunaan predator alami saja tidak cukup untuk mengatasi ledakan populasi tikus atau outbreak. Ia menyarankan agar pendekatan yang digunakan bersifat terpadu.
“Pendekatan terpadu ini menjadi kunci agar populasi tikus bisa ditekan dengan cepat sebelum stabil kembali dengan bantuan predator alami,” katanya.
Menurutnya, strategi terpadu bisa mencakup metode mekanik seperti grobyokan, pengemposan sarang, serta sistem trap barrier sebagai tindakan preventif.
Yudhistira juga menekankan pentingnya pengelolaan populasi burung hantu itu sendiri. Jika tidak dikendalikan, Tyto alba bisa memangsa spesies lain seperti burung kecil, kelelawar, bahkan ternak kecil jika makanan utama mereka menipis.
“Dalam jangka panjang, hal ini bisa mengganggu keseimbangan ekosistem lokal. Oleh karena itu, diperlukan pemantauan dan pengaturan populasi secara berkelanjutan,” ujarnya.
Kunjungan Presiden Prabowo ke Majalengka menjadi salah satu momen penting dalam upaya percepatan ketahanan pangan nasional.
Selain meninjau hasil panen, ia juga secara aktif menyerap aspirasi petani dan memberi respons cepat terhadap tantangan riil yang mereka hadapi.