Pada acara peringatan Hari Jadi Karawang, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi memberikan pidato yang penuh makna, menyampaikan pandangannya terkait pembangunan dan isu-isu sosial yang tengah dihadapi. Dedi Mulyadi, yang lebih dikenal dengan sebutan KDM, menekankan pentingnya keselarasan antara pembangunan infrastruktur dengan pembangunan sosial. Ia juga menyoroti masalah kesenjangan sosial yang dapat memicu konflik di tengah masyarakat.
Dalam pidatonya, KDM menjelaskan bahwa pembangunan infrastruktur fisik, seperti rumah sakit, sekolah, atau jalan, relatif lebih mudah dilakukan. Namun, tantangan terbesar adalah menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Ia mencontohkan bagaimana ketika jalan desa, kabupaten, atau provinsi mengalami kerusakan, masyarakat langsung mengadu kepada gubernur, menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki kepekaan terhadap kebutuhan dasar rakyat.
Dedi Mulyadi secara tegas mengungkapkan bahwa kesenjangan sosial yang sangat besar, dimana hanya segelintir orang yang memiliki kekayaan melimpah sementara banyak orang lainnya hidup dalam kemiskinan, bisa berpotensi menjadi bom waktu. Ia mengamati adanya ketimpangan besar, seperti beberapa individu yang memiliki kekayaan ratusan miliar rupiah dan tanah luas, sementara mayoritas masyarakat tidak memiliki apa-apa.
Menurut KDM, kesenjangan ini tidak hanya terletak pada aspek ekonomi, tetapi juga dalam hal akses terhadap pendidikan dan kesehatan. Ia mengkhawatirkan jika frustrasi yang terakumulasi di kalangan pemuda, khususnya yang tidak mendapatkan kesempatan, akan menjadi kekuatan yang dapat memicu perubahan sosial yang signifikan.
Untuk mengatasi kesenjangan ini, Dedi Mulyadi mengusulkan beberapa solusi nyata. Salah satunya adalah konsep Lumbung Desa, yang bertujuan agar produksi beras lokal dapat dinikmati oleh warga setempat. Dengan demikian, warga tidak perlu membeli beras mahal yang sebenarnya diproduksi di daerah mereka sendiri.
Selain itu, ia menekankan pentingnya perlindungan terhadap masyarakat miskin, khususnya petani dan buruh, dari risiko finansial akibat sakit atau utang. KDM berpendapat bahwa pemerintah harus hadir untuk memastikan tidak ada warga yang jatuh miskin akibat masalah kesehatan.
Dedi Mulyadi juga menyoroti pentingnya investasi dalam bidang pendidikan, terutama bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. Ia yakin bahwa pendidikan yang layak akan membantu mereka keluar dari kemiskinan dan menciptakan kelas menengah yang profesional. Sebagai contoh, ia mengusulkan pendirian sekolah manajer, di mana siswa diajarkan etika dan profesionalisme.
Untuk mewujudkan visi tersebut, Dedi Mulyadi mengusulkan kolaborasi dengan pemerintah provinsi dan pusat guna menyediakan asuransi ketenagakerjaan dan kesehatan bagi seluruh warga yang tidak berstatus sebagai PNS, TNI, atau Polri. Langkah ini diharapkan dapat menghindari krisis sosial yang disebabkan oleh penyakit yang datang secara mendadak.
Di akhir pidatonya, Dedi Mulyadi mengibaratkan Karawang sebagai seorang wanita yang perlu dijaga dan dirawat. Ia berharap Karawang bisa menjadi “istri yang cantik dan sempurna,” sebuah metafora yang menggambarkan harapan akan kemajuan dan kesejahteraan yang merata di seluruh wilayah. Pidato ini memberikan pesan penting bagi para pemimpin untuk memperhatikan tidak hanya pembangunan fisik, tetapi juga keadilan sosial bagi seluruh masyarakat.
















