Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, melaporkan kasus pengerusakan lahan perkebunan teh di kawasan Pangalengan, Kabupaten Bandung, kepada pihak kepolisian. Ia meminta aparat segera menindaklanjuti laporan tersebut dan menangkap pihak yang bertanggung jawab.
Dedi mengatakan bahwa laporan sudah disampaikan oleh Dinas Perkebunan kepada Polres Bandung. Ia juga telah menghubungi Kapolres untuk mempercepat proses penyelidikan.
“Setelah saya cek ke kepala dinas perkebunan, itu kan sudah lapor ke Polres Kabupaten Bandung,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa dirinya juga telah menghubungi langsung Kapolres Bandung.
“untuk segera ditindaklanjuti karena apa? Karena itu kategorinya pengerusakan.” tegasnya.
Menurut Dedi, area yang terdampak mencapai sekitar 160 hektare dan memerlukan biaya pemulihan hingga Rp36 miliar.
Ia menegaskan bahwa aksi penebangan tersebut menimbulkan kerugian besar bagi negara dan BUMN, mencapai ratusan miliar rupiah.
Ia juga menerima laporan bahwa ada pihak yang memobilisasi massa untuk melakukan penebangan tanaman teh. Setelah ditebang, lahan dialihfungsikan menjadi area pertanian kentang yang nantinya dijual kepada pihak tertentu.
“Kan wilayah-wilayah selatan selalu begitu,” ucapnya. Namun ia mengingatkan bahwa perubahan fungsi lahan semacam ini berpotensi menimbulkan bencana karena perubahan pola tanam.
“Bencana yang ditimbulkan karena perubahan alokasi penanaman itu kan berat banget.” lanjut KDM.
Dedi menegaskan bahwa pemerintah provinsi tidak lagi memberikan izin untuk mengubah area perkebunan menjadi kawasan wisata.
Sebelumnya, beredar luas video yang memperlihatkan sekelompok pemetik teh di Pangalengan memprotes alih fungsi lahan perkebunan milik PTPN yang berubah menjadi lahan sayuran. Kekhawatiran muncul karena perubahan tersebut dapat menghilangkan sumber penghasilan para pekerja.
Dalam rekaman tersebut, seorang pemetik teh perempuan dengan nada emosional mempertanyakan maraknya penebangan tanaman teh.
View this post on Instagram
Ia mengaku khawatir kehilangan mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Kumaha ieu teh hayok wae diragajian, ari ieu rek dahar timana atuh,” dikutip, 27 November 2025.
















