Kota Bogor terus memantapkan langkahnya untuk bergabung dengan UNESCO Creative Cities Network (UCCN) dalam kategori City of Gastronomy. Upaya ini ditandai dengan kolaborasi lintas sektor yang melibatkan pelaku ekonomi kreatif, pengusaha, akademisi, media, serta pemerintah.
Diskusi bertajuk “Bogor City of Gastronomy” yang diselenggarakan oleh iDEA Friends by Ideafest di Samsara, Jalan Jalak Harupat, Kota Bogor, pada Rabu lalu 11 Juni 2025, menjadi momen penting dalam penguatan ekosistem gastronomi di Kota Hujan. Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, turut hadir dalam acara tersebut.
“Bogor punya kekayaan kuliner khas seperti laksa, soto kuning, sop buntut, asinan, doclang, toge goreng, hingga roti unyil. Inilah modal awal yang kami kapitalisasi sebagai branding kota ke depan. City of Gastronomy akan menjadi identitas baru Kota Bogor,” ungkap Dedie.
Selain potensi kuliner, Dedie menekankan bahwa kemudahan investasi juga menjadi modal penting, terutama melalui keberadaan Mal Pelayanan Publik yang melayani lebih dari 140 jenis perizinan. Ia menambahkan bahwa selama pandemi, justru tercatat lebih dari 500 pengajuan izin usaha baru oleh pengusaha muda.
“Yang membentuk jiwa kota bukan hanya gedungnya, tapi kumpulan orang-orang kreatif dan peduli. Mereka inilah yang kami ajak untuk bersama-sama mewujudkan Bogor sebagai City of Gastronomy,” tambahnya.
Dedie juga menyebut bahwa sejumlah penelitian akademik telah memperkuat posisi Bogor sebagai kota gastronomi, salah satunya dari Dhanik Puspita Sari dari STP Bogor, serta Kania Sofiantina dari Sekolah Vokasi IPB University. Penelitian mereka menunjukkan bahwa wisata gastronomi menjadi daya tarik utama wisatawan ke Kota Bogor.
Founder Joongla, Farah Mauludynna, turut membagikan pandangannya. Ia menyebut bahwa gastronomi adalah bidang multidisiplin yang mencakup sejarah, budaya, hingga aspek sosial dalam proses penyajian makanan. Farah juga mendukung penuh visi Kota Bogor dan kepemimpinan Dedie Rachim.
“Saya sempat terkejut ketika tahu Bogor ingin masuk UCCN. Tapi ternyata ini langkah tepat. Pengetahuan tentang gastronomi memang harus terus disebarkan, karena inilah ekonomi masa depan,” katanya, sebagaimana dikutip dari laman Portal Jabar, 14 Juni 2025
Ia menyebut, di banyak kota di dunia, terutama Asia, deklarasi sebagai kota gastronomi telah menjadi strategi branding kota. “Mulai dari bahan baku sampai cerita budaya di balik makanan, semua bisa menjadi narasi ekonomi,” pungkasnya.
Dengan sinergi lintas sektor dan dorongan dari para pelaku kreatif, Kota Bogor kini bersiap mengukuhkan diri sebagai kota gastronomi yang tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga di tingkat dunia.