Purwakarta – Kekecewaan dan kemarahan membuncah di kalangan pengemudi driver online roda dua (R2) dan roda empat (R4) di Purwakarta. Lima hari setelah aksi “Purwakarta Bergerak 205” yang digelar bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2025, janji Bupati Purwakarta yang dinantikan tak kunjung terwujud. Bahkan, komunikasi terkait kabar baik yang diharapkan pun nihil.
Aksi damai yang digalang Gerakan Aliansi Ojol Purwakarta (GAOP) dipimpin langsung oleh Enjang Wasdi.
Ribuan pengemudi ojek online dari berbagai wilayah Purwakarta kala itu berunjuk rasa dengan berjalan kaki sambil mendorong motor, sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan yang mereka rasakan.
Mereka mendatangi kantor Pemerintahan Daerah Kabupaten Purwakarta, namun Bupati tidak hadir menemui massa.
Ribuan pengemudi online tersebut hanya diterima oleh Sekretaris Daerah Norman Nugraha.
Yang lebih memicu kemarahan, Bupati Purwakarta hanya muncul melalui panggilan video via ponsel Sekda, dan dengan enteng berjanji akan mengunjungi sekretariat GAOP dua hari kemudian.
Kini, lima hari telah berlalu, dan kenyataannya: tidak ada kabar, tidak ada kunjungan, dan tidak ada itikad baik yang ditunjukkan.
“Janji itu hanya bualan. Kami merasa dibohongi secara terang-terangan oleh seorang pemimpin daerah. Apa arti janji seorang bupati kalau hanya dijadikan alat menenangkan massa?” ujar Enjang Wasdi melalui pesan singkat kepada tim Intiporia, 25 Mei 2025.
Lebih lanjut, Enjang Wasdi menilai Bupati Purwakarta sebagai sosok yang tidak amanah dan tidak menghormati rakyat kecil.
“Kami ini rakyat. Kami juga punya hak. Tapi kami malah dianggap tak penting. Bahkan janji untuk sekadar datang ke sekretariat saja palsu. Apa ini wajah asli seorang pemimpin? Seorang pembohong besar!” tegasnya.
Menurut GAOP, perlakuan ini mencerminkan betapa rendahnya posisi para driver online R2 dan R4 di mata penguasa. Padahal, mereka adalah bagian penting dari denyut nadi ekonomi rakyat. Bukannya dibela, mereka justru merasa terus-menerus diabaikan.
“Jangan bicara janji kampanye kalau janji ketemu saja tak sanggup ditepati. Rakyat butuh pemimpin yang berani hadir, bukan bersembunyi di balik layar ponsel,” tambah Enjang.
GAOP menegaskan bahwa perjuangan mereka belum berakhir. Jika dalam waktu dekat tidak ada tanggapan dan langkah nyata dari Bupati Purwakarta, mereka siap kembali turun ke jalan dengan jumlah massa yang lebih besar.
“Bupati telah mempermalukan dirinya sendiri di mata rakyat. Jangan salahkan kami kalau gerakan ini berubah menjadi gelombang perlawanan,” pungkas Enjang.
GAOP mencatat, “Pembohongan ini tidak akan dilupakan.”***