Ribuan buruh dari berbagai serikat dan aliansi turun ke jalan memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day 2025, pada Kamis, 1 Mei 2025.
Di Jakarta, peringatan ini terbagi dalam dua agenda besar: aksi unjuk rasa yang digalang oleh Aliansi Gerakan Buruh Bersama Rakyat (Gebrak) di depan Gedung DPR RI, serta gelaran May Day Fiesta di Monumen Nasional (Monas), yang dijadwalkan dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto.
Di kawasan Monas, acara May Day Fiesta 2025 berlangsung semarak dengan kehadiran 62 serikat buruh dari berbagai konfederasi besar. Di antaranya adalah Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Serikat Pekerja Nasional (KSPN), dan Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) dan beberapa organisasi lain yang tergabung.
Acara ini menjadi simbol kerja sama antara pemerintah dan serikat pekerja dalam membangun hubungan industrial yang konstruktif.
Untuk mendukung kelancaran acara, Polda Metro Jaya menyatakan dalam keterangannya, kesiapannya mengamankan seluruh rangkaian kegiatan May Day 2025 di ibu kota. Sebanyak 13 ribu personel gabungan dikerahkan untuk mengamankan acara May Day Fiesta di Monas, yang dipusatkan sebagai perayaan resmi pemerintah.
Sementara itu, di depan Gedung DPR RI, Aliansi Gebrak menggelar aksi unjuk rasa dengan membawa tema yang tajam: “Kapitalisme, Oligarki, dan Militerisme Musuh Kelas Pekerja.”
Massa buruh yang tergabung dalam aliansi ini menyampaikan berbagai tuntutan atas kebijakan ekonomi-politik nasional yang dinilai semakin menjauh dari kepentingan kelas pekerja.
Aksi ini dipimpin oleh juru bicara dari berbagai organisasi dalam aliansi Gebrak, yaitu Sunarno (Konfederasi KASBI), Ilhamsyah (KPBI), M. Yahya (SGBN), Martin (KPR), dan Isnur (YLBHI). Sunarno, yang juga merupakan Ketua Umum Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), menyoroti praktik diskriminatif terhadap kebebasan bersuara di ruang publik.
“Hentikan pelarangan dan diskriminasi terhadap unjuk rasa May Day. Tidak boleh ada perbedaan perlakuan antara aksi di Monas dan lokasi lain,” tegas Sunarno di hadapan peserta aksi dikutip dalam sebuah keterangan yang beredar.
Gebrak menyuarakan pentingnya penghentian intimidasi terhadap gerakan rakyat dan menyerukan perlunya ruang demokrasi yang setara bagi semua bentuk ekspresi publik.
Mereka menilai, di tengah dominasi oligarki dan penguatan militerisme, perjuangan kelas pekerja semakin menemukan urgensinya.
Kedua agenda—baik aksi di DPR maupun perayaan di Monas—berlangsung dalam pengawalan aparat keamanan yang cukup ketat namun tetap kondusif.
Pihak kepolisian menyatakan pendekatan pengamanan dilakukan secara humanis dan terukur.
May Day 2025 menjadi cerminan dualitas peringatan Hari Buruh di Indonesia—antara suara jalanan dan panggung seremonial. Namun di balik perbedaan cara, tujuan buruh tetap sama: memperjuangkan keadilan sosial dan kesejahteraan bagi seluruh pekerja Indonesia.***